Halpaling penting sebelum memutuskan untuk membawa keluarga tinggal bersama saat studi di luar negeri adalah: 1. Kecukupan Uang Saku Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan dalam membawa keluarga saat kuliah di luar negeri adalah faktor biaya.
JAKARTA, - Analis Kepegawaian Madya Direktorat Status dan Kedudukan Kepegawaian SKK di Badan Kepegawaian Negara BKN, Ade Jajang Jatnika Wiralaksana mengatakan, bagi Pegawai Negeri Sipil PNS yang masa kerjanya telah mencapai 5 tahun berhak diberikan cuti di luar tanggungan negara CLTN. Hal ini diatur dalam Peraturan BKN Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti PNS. Pernyataan itu Jajan sampaikan saat acara Sosialisasi Layanan Status dan Kedudukan Kepegawaian Bagi Aparatur Sipil Negara ASN dengan Kabupaten Kuningan melalui virtual, Rabu 28/9/2022.Baca juga Menyikapi Wacana PNS Diganti Robot "Sesuai dengan regulasi tersebut cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan kepada PNS yang mengikuti atau mendampingi suami/istri tugas negara/tugas belajar di dalam/luar negeri dengan melampirkan syarat seperti surat penugasan atau surat perintah tugas dari pejabat yang berwenang," katanya dalam keterangan tertulis dikutip melalui laman BKN, Kamis 29/9/2022. Kedua, cuti diberikan kepada PNS yang mendampingi suami/istri bekerja di dalam/luar negeri dengan melampirkan surat keputusan atau surat penugasan/pengangkatan dalam jabatan. Ketiga, bagi PNS yang sedang menjalani program untuk mendapatkan keturunan dengan melampirkan syarat surat keterangan dokter spesialis. Keempat, PNS mendampingi anak yang berkebutuhan khusus melampirkan surat keterangan dokter spesialis. Baca juga Apa Saja Hukuman bagi PNS yang Bersikap Arogan di Jalanan? Kelima, PNS yang mendampingi suami/istri/anak yang memerlukan perawatan khusus. Keenam, PNS mendampingi merawat orang tua/mertua yang sakit/uzur dengan melampirkan surat keterangan dokter. Terakhir kata Jajang, permohonan cuti di luar tanggungan negara dapat disetujui paling lama 3 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 tahun. Ketika PNS selesai mejalankan cuti di luar tanggungan negara, wajib melapor kepada instansi secara tertulis paling lambat 1 bulan. Baca juga Daftar Gaji PNS Golongan IV Menurut Masa Kerja Tahun 2022 Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Hendakkuliah di luar negeri? Persiapkan rencanamu sejak dini!
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ada banyak alasan yang menyebabkan satu keluarga harus mengalami relokasi, baik ke lain kota maupun negara yang berbeda. Dari banyak alasan, dua yang paling lazim adalah tuntutan pekerjaan dan studi salah satu pasangan atau keduanya. Seringkali istri atau suami haru menginggalkan karirnya untuk mendukung pasangannya. Bagi saya, berat untuk meninggalkan karir yang telah dibangun lama di Indonesia dan memulai hidup yang baru di negeri orang. Pemikiran bahwa saya akan kehilangan keterampilan bekerja atau menjadi tidak produktif lagi cukup menakutkan, dan saya pikir saya tidak sendiri dalam hal ini. Melalui tulisan ini saya ingin berbagi tips untuk para istri atau suami, yang dengan setia menemani pasangannya belajar / bertugas, agar tetap produktif di tempat baru. Dengan tetap produktif, maka hidup pun menjadi lebih bersemangat dan dapat lebih membawa manfaat bagi orang lain. Sebelum menikah, saya dan suami sepakat bahwa kami akan saling mendukung satu sama lain dalam berkarya dan bahwasannya kami adalah satu tim untuk mencapai tujuan yang sama. Jadi ketika kami tau bahwa suami akan ditugaskan untuk studi di mancanegara, maka kami pun sudah merencanakan apa yang akan saya lakukan ketika mendampingi suami. Tapi itu dulu sebelum kami berangkat... Tentu saja, seperti hal-hal lain yang sudah direncanakan, perubahan datang tak diduga. Masa studi suami yang diperkirakan hanya akan berlangsung selama satu setengah tahun ternyata diperpanjang karena dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Di satu sisi kami bersyukur karena kesempatan ini merupakan tanggung jawab sekaligus hak istimewa, di sisi lain saya harus memikirkan kegiatan yang dapat saya lakukan di beberapa tahun berikutya. Setelah melalui masa berpikir keras tetang apa yang saja yang ingin saya lakukan dan mulai melakukannnya, akhirnya saya muai terbiasa dengan ritme hidup saya yang baru. Berikut ini saya ingin berbagi ide tentang lima aktifitas yang telah, sedang dan mungkin akan saya lakukan selama mendampingi suami. 1. Sekolah lagi. Sebelum berangkat, saya dan suami sudah sama-sama melamar ke beberapa universitas di negara yang sama. Akhirnya kami sama-sama diterima tetapi di dua negara bagian yang berbeda. Alhasil, kami harus tinggal berjauhan selama masa studi kami. Class of 2010 Memang tidak semua pasangan dapat melakukan hal ini, terutama jika sudah dikaruniai anak. Kebetulan kami masih berdua saja selama studi berlangsung. Di lain sisi, saya mengetahui ada beberapa pasangan lain yang sudah memiliki anak tapi dua-duanya bisa bersekolah lagi. Jadi, adanya anak bukan menjadi halangan, hanya dituntut untuk kerja lebih keras pastinya. Selain kuliah dalam bentuk formal, ada banyak program sertifikasi yang bisa ditempuh yang tentunya lebih flexible dan terjangkau. Sertifikat ini tentu akan memberi nilai tambah pada resume jika kelak akan kembali bekerja di Indonesia. 2. Menulis. Seringkali kuliah bukan merupakan pilihan karena biaya beasiswa tidak selalu tersedia dan anak yang membutuhkan perhatian penuh. Perlu diingat, bahwa pilihan untuk merawat anak sepenuhnya tanpa bantuan day-care adalah pilihan yang mulia dan masih banyak kegiatan yang bisa dilakukan bersamaan dengan pilihan ini. Salah satu aktifitas yang bisa dilakukan adalah menulis! Mengapa menulis? Proyek sederhana menulis buku profil beasiswa yang membiayai studi saya di Boston - Berbagi pemikiran dan ilmu. Tulisan adalah salah satu bentuk media pendidikan. Tulisan yang baik dapat terus mempengaruhi dan mengubah hidup pembacanya sekalipun penulisnya telah lama tiada contohnya Paulo Freire, Lewis, Pramoedya Ananta Toer, dan masih banyak lagi. Hampir semua istri atau suami yang saya kenal dan sedang mendampingi pasangannya hidup di mancanegara adalah seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi di bidangnya masing-masing. Menurut saya, latar belakang pendidikan yang kita mliki tidak hanya berfungsi untuk memberikan pilihan hidup yang lebih baik tapi yang terutama diikuti dengan tanggung jawab untuk berbagi. Saya setuju dengan Marian Wright Edelman, pendiri organisasi Children's Defense Fund, yang mengatakan bahwa "education is for improving the lives of others and for leaving your community and world better than you found it." Jadi, melalui tulisan, kita yang sudah menikmati pendidikan, dapat memenuhi amanat untuk berbagi dan membuat dunia ini lebih baik dari sebelumnya. - Mengasah keterampilan berpikir. Saya bangga sekali menjadi orang Indonesia. Namun saya juga mengakui ada banyak kelemahan masyarakat Indonesia yang salah satunya adalah mudah termakan issue dan hasutan baca provokasi. Warisan budaya menghafal dalam sistem pendidikan Indonesia menghasilkan lulusan yang kurang pandai berpikir mandiri dan mudah termakan omongan orang lain. Berpikir adalah sebuah keterampilan yang harus diasah. Dengan menulis, seseorang dilatih untuk berpikir secara sistematis dalam rangka membuat tulisannya mudah diikuti, membangun argumen yang didukung oleh bukti dan berbagai pemikiran yang sudah ada, dan merefleksikan atau meninjau kembali pemikirannya berulang kali untuk melihat kesahihannya. Maka tidak heran jika seorang penulis yang baik biasanya akan menjadi seorang pembicara yang baik karena ia terbiasa berargumen dan berpikir dalam tulisannya. - Mewarisi kebiasaan yang baik kepada generasi penerus. Ada satu pengajaran bijaksana yang mengatakan bahwa anak-anak kita belajar lebih banyak dari melihat perbuatan kita daripada dari mendengar perkataan kita. Alangkah indahnya jika Indonesia dipenuhi oleh generasi produktif yang gemar berpikir dan menghasilkan karya. Namun, tidak ada generasi yang dapat menjadi produktif tanpa gemar membaca dan menulis; dan jika ingin membangun suatu generasi yang gemar membaca dan menulis, maka tidak ada cara yang lebih baik daripada dengan menjadi teladan dalam membaca dan menulis. 3. Belajar bahasa dan budaya. Bukan rahasia bahwa kunci kesuksesan belajar bahasa asing adalah praktik yang terus menerus dan sebisa mungkin berlatih dengan native speaker. Nah, dengan tinggal di negara asing kesempatan untuk melakukan hal tersebut berlimpah ruah Tidak ada kesempatan belajar yang lebih baik dari tinggal di negara asal sang native speaker. Jika seseorang memiliki minat belajar yang tinggi dan ingin belajar lebih dari satu bahasa asing, maka tidak sulit untuk melakukannya. Contohnya saya yang saat ini tinggal di Amerika memiliki akses untuk belajar bahasa Spanyol, Cina, Jepang, dll, dengan biaya yang terjangkau. Di kota tempat saya tinggal terdapat berbagai lembaga yang menyediakan jasa belajar bahasa asing dengan biaya minimum, seperti Davis Adult School dan International House Davis lembaga nirlaba yang mempromosikan interaksi dan pertukaran lintas budaya. Perayaan Tahun Baru Cina di kompleks apartment Hal yang sama juga berlaku jika ingin belajar berbagai budaya bangsa lain. Kebetulan saya dan keluarga tinggal di Student Housing, yaitu kompleks apartment khusus untuk mahasiswa paskasarjana yang sudah berkeluarga. Kompleks ini ditinggali oleh keluarga mahasiswa dari berbagai negara dan memiliki asosiasi yang cukup aktif mengadakan kegiatan bagi warganya, seperti kegiatan memasak bersama, perayaan Tahun Baru Cina, Pizza Night, dll. Alhasil saya bertemu dengan keluarga-keluarga dari berbagai negara dan dapat belajar sedikit-sedikit mengenai budaya dan kebiasaan mereka. Biasanya kesempatan belajar budaya ini dapat ditemui di lingkungan tempat tinggal, di sekolah anak / melalu teman sekolah suami, institusi keagamaan, atau organisasi lain yang kita pilih untuk menjadi bagian di dalamnya. Jangan lupa siapkan souvenir kecil tentang Indonesia sambil promosi negara tercinta . 4. Belajar berbagai keterampilan. Belajar masakan Italia Teman-teman 'seperjuangan' saya banyak sekali yang aktif belajar keterampilan baru selama mendampingi pasangannya. Mulai dari belajar seni scrapbook, quilting, memasak, dan masih banyak lagi. Lebih hebatnya lagi, setelah kembali ke tanah air mereka menggunakan keterampilan barunya untuk dibagikan ke orang lain. 5. Volunteer, magang atau bekerja. Kesempatan magang atau bekerja seorang pendamping pelajar seperti saya sangat tergantung pada jenis visa yang saya miliki. Kalau status pasangan saya F1, maka saya akan menggunakan F2. Jika pasangan saya menggunakan J1, maka saya akan menggunakan visa J2. Beda yang paling nyata antara kedua visa tersebut adalah jika saya menggunakan visa J2 maka saya dapat bekerja atau magang selama masa tinggal. Perbedaan lebih lengkap mengenai kelebihan dan masing-masing bisa dilihat di dua laman berikut F2 dan J2. Tentunya penjelasan ini sangat terbatas untuk negara Amerika karena saat ini saya berdomisili di Amerika. Salah satu kegiatan kelompok ketika magang di sebuah NGO di Boston Satu dari tiga hal yang saya sebutkan pada poin ini dapat dilakukan tanpa tergantung pada visa yang dimiliki adalah volunteer atau kerja suka rela. Ada banyak lembaga kemanusiaan atau nirlaba di negara tujuan yang terbuka untuk menerima volunteer. Walaupun tidak menerima bayaran, tapi kegiatan volunteer ini bernilai lebih dari sekedar uang. Pertama, dengan volunteer seseorang memenuhi hakikatnya sebagai manusia untuk saling menolong satu sama lain. Kedua, seseorang akan dapat banyak pelajaran berharga mengenai tata kelola suatu organisasi, menambah teman, mengasah keterampilan sosial dan bahasa, dan kalaupun tidak ada manfaat lain setidaknya satu hal saya jamin pasti didapat, yaitu kesenangan murni dari membagi hidup dengan orang lain. Lima poin di atas hanya sebagian kecil dari kegiatan yang bisa dilakukan. Tidak banyak orang Indonesia yang memiliki kesempatan merasakan tinggal di negeri orang. Alangkah baiknya jika kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mengembangkan diri dan kemudian membagikan ilmu yang didapat dengan orang lain. Lihat Lyfe Selengkapnya
SyaratMengajukan Cuti PNS Luar Tanggungan Negara Berdasarkan PP Nomor 11 Tahun 2017 1. Mengikuti dan mendampingi suami/isteri tugas negara/tugas belajar di dalam atau di luar negeri 2. Mendampingi suami/isteri bekerja di dalam/luar negeri 3. Menjalani program untuk mendaptkan keturunan 4. Mendampingi anak yang berkebutuhan khusus 5.
Kamu mau ikut suami yang akan atau sedang studi di luar negeri? Excited tentunya, bisa jadi kesempatan honeymoon kedua. Tapi jangan terlalu senang dulu ya, sebelum kamu pastikan kamu sudah menyiapkan semuanya. Ada banyak yang perlu disiapkan sebelum kamu berangkat mendampingi pasanganmu studi di luar negeri. Mulai dari mengurus Visa, mencari tempat tinggal, hingga belanja barang-barang yang perlu dibawa. Persiapan material yang demikian memang penting, tapi ada hal yang nggak kalah penting untuk kamu siapkan agar keharmonisan hidup kalian di sana tetap terjaga. Menjadi pendamping suami yang sedang studi di luar negeri itu tak semudah yang kamu kira. Penting sekali untuk memiliki pemahaman dan persiapan mental sebelum kamu pindah ke luar negeri untuk mendampingi suami. Karena jika kamu berangkat dengan mindset dan ekspektasi yang salah, maka dampaknya bisa fatal ke kehidupan rumah tangga. Sudah ada contoh pasangan-pasangan yang berpisah karena istri yang mendampingi suaminya studi salah ekspektasi. Jangan sampai ini terjadi ke kamu ya. Lalu apa saja hal yang perlu kamu pahami untuk menjaga keharmonisan rumah tangga saat mendampingi suami studi di luar negeri? Silakan simak poin-poin di bawah ini. a. Di kisah ini, suamimu tokoh utama, kamu peran pendukungnya Tujuan kamu berangkat ke luar negeri adalah untuk mendampingi pasanganmu yang akan melanjutkan studi. Tentunya kalian sepakat bahwa dengan bersama-sama, maka akan lebih baik bagi kalian berdua. Tapi yang perlu kamu pahami adalah, dalam bab kehidupan kalian yang ini, suamimu lah tokoh utamanya. Dia ada di fase yang berat, harus membagi fokus antara studi dan menjadi kepala keluarga. Studi di kampus luar negeri jelas tak sama dengan studi di universitas lokal, beban perkuliahan dan beban mental yang ditanggung lebih besar. Lain lagi jika pasanganmu harus menyambi kuliah dan bekerja di waktu yang sama. Maka peran kamu di sini sebegai pasangan adalah menyediakan support system’ baginya. Tujuan utama kamu adalah memastikan kalian melewati fase ini dengan minim drama. Untuk itu, kadang kamu perlu mengesampingkan egomu dan fokus ke apa yang suamimu butuhkan. Kamu juga harus paham jika dia tak punya banyak waktu untuk membawamu jalan-jalan, dan kalau di rumah pun dia punya banyak kerjaan. Karena kembali lagi, studi di luar negeri itu berat sekali. Oleh karena itu, sebagai pendamping yang fungsinya memberikan support, kamu harus memudahkan apa yang bisa dimudahkan, jangan justru mempersulit keadaan. Banyak-banyak bersabar, coba lebih pengertian, dan jangan mudah berkecil hati. b. Tapi, pemeran pendukung juga perlu punya story arc sendiri Meski suamimu tokoh utama dalam chapter hidup kalian saat ini, bukan berarti kamu harus total mendedikasikan seluruh jiwa raga untuk mendukungnya dan lupa memenuhi kebutuhanmu sebagai makhluk sosial juga. Justru setelah kamu selesai dengan diri sendiri lah baru kamu bisa menjadi provider support yang baik bagi suami. Jadi, di samping tugas utama menjadi pendamping suami, kamu juga perlu merawat diri. Merawat diri di sini maksudnya menjaga kesehatan jiwa dan raga. Tak hanya fisik yang fit, tapi kesehatan mental kamu juga perlu dijaga. Penting untuk punya rutinitas yang mendukungmu agar tetap produktif selagi suamimu fokus menyelesaikan studinya. Berolah raga rutin, membaca buku, menulis, atau mencoba hobi yang baru bisa membuat hari-harimu lebih penuh makna. Selain itu, jangan lupa untuk keluar dan mengeksplorasi kota, jangan hanya stay di rumah saja. Ada banyak tempat yang bisa dikunjungi di kota domisilimu yang baru. Jika kamu terbiasa bekerja sebelum ikut suami, maka kamu bisa mencari part time job kalau peraturan imigrasi mengizinkan bekerja atau volunteering opportunity yang sesuai dengan minatmu. Banyak organisasi yang mencari sukarelawan, dan ini merupakan kesempatanmu untuk bertemu orang baru yang mungkin bisa dijadikan teman. Kalau tak ingin bekerja, kamu juga bisa mendaftar kelas bahasa atau short course lainnya. Yang penting adalah kamu punya rutinitas yang memotivasi kamu untuk tetap berpikir positif dan merasa produktif. Namun, jangan sampai kamu punya terlalu banyak aktivitas sampai malah jadi tak punya waktu untuk suami ya. c. Komunikasi menjaga balance antara kamu dan dia Balance itu perlu dijaga, dan di sini komunikasi menjadi kunci. Kamu dan suami harus saling terbuka dan memiliki modus operandi rumah tangga yang disepakati bersama. Saling mengingatkan agar tak terlalu tenggelam dalam dunia masing-masing itu penting juga. Meski sama-sama sibuk, jangan lupa juga untuk menghabiskan waktu bersama. Momen tinggal di luar negeri mendampingi suami yang sedang studi bisa menjadi tantangan bagi keutuhan rumah tangga jika kamu tak membekali diri dengan persiapan mental dan penyesuaian ekspektasi. Namun, jika tantangan ini bisa kamu lalui, maka justru pengalaman hidup di luar negeri akan lebih menguatkan hubunganmu dengan suami. Dan bagaimana akhir chapter ini, yang menentukan adalah dirimu sendiri.
Mendampingisuami tugas di KBRI Tokyo (2003-2006) dan KBRI Sydney (2009-2013). Suka membaca, menulis dan traveling. Tulisannya pernah dimuat dimajalah Kartini dan Kompasiana. Motivasi menulis sebenarnya ingin menjawab pertanyaan teman-teman tentang kehidupan saat mendampingi suami dan ingin berbagi cerita selama mendampingi suami tugas di luar
Se você estiver em um relacionamento, uma das decisões mais difíceis na hora de viajar para estudar no exterior vai ser ficar longe da pessoa que você ama. Como aproveitar a experiência sem ter a sua namorada ou o seu namorado ao seu lado? Uma opção possível é manter o relacionamento a distância até que o seu curso acabe! Mas antes da decisão definitiva, é aconselhável ter uma conversa muito sincera com você mesmo -Eu serei capaz de aproveitar a oportunidade sabendo que ele/ela vai ficar? -Vou conseguir me concentrar nos estudos e trabalhos? -A distância vai atrapalhar o meu desempenho? -Nós confiamos um no outro o suficiente? -Nosso relacionamento é forte para aguentar a distância? O autoconhecimento é tão importante quanto saber a opinião da sua namorada/do seu namorado. Após responder estas questões pessoais, cabe ter uma conversa franca com ela/ele. Exponha os seus planos de estudar no exterior, explique porque e quanto a experiência é importante para você e peça a ajuda e compreensão dela/dele. Se depois de tudo isso, você decidir viajar, chegou a hora de planejar como será a rotina do casal enquanto ficam longe. ATENÇÃO para facilitar, daremos as dicas do ponto de vista de quem parte usando o masculino. Mas são válidas para todos se você vai ou se você fica; se tem namorado ou namorada. 1. Entender as mudanças A primeira coisa a se fazer é entender que tudo irá mudar para quem parte e tudo continuará o mesmo para quem fica. Enquanto você passa pelo processo de adaptação ao novo ambiente, conhece novos lugares incríveis, faz novas amizades, aprende muita coisa, etc., a sua namorada continua na mesma rotina de sempre, e pior sem você. Por isso, é muito importante compreender os sentimentos de quem ficou para evitar brigas e ressentimentos. Coloque-se sempre no lugar da pessoa. Você também vai precisar que ela se coloque no seu lugar, porque a adaptação ao novo ambiente nem sempre é fácil. Os primeiros dias ou até semanas serão agitados e a saudade pode bater muito forte – e se transformar facilmente em arrependimento de ter partido. Passar por este período inicial será uma provação e exige o esforço e a compreensão dos dois. 2. Comunicação Passado o choque inicial, é hora de estipular uma rotina. O mais importante é a comunicação entre vocês. No entanto, diferente do que possam imaginar, manter uma comunicação muito constante pode ser prejudicial. Graças aos novos aplicativos, como Whatsapp, Messenger e Skype, é possível trocar mensagem o tempo todo – literalmente! Apesar de ter toda essa facilidade ser incrível e deve, com certeza, ser utilizada a favor do relacionamento, estar o tempo todo em contato pode ser prejudicial. Logo, as mensagens não terão mais tanto conteúdo, vocês ficarão sem assunto e correm o risco de se tornarem extremamente dependentes um do outro – e até mesmo possessivos. Coisas como “cadê você?” e “por que você não me respondeu?” serão ditas. A cobrança começará a pesar. É importante lembrar que você terá muitos compromissos e responsabilidade com os estudos, da mesma forma que a sua namorada ainda terá o trabalho e/ou os estudos com que se preocupar. Além disso, possivelmente haverá diferença de fuso-horário entre pare agora... Tem mais depois da publicidade ; 3. Horários fixos para ligações O ideal é achar brechas nas suas agendas e estipular horários fixos para conversar. Por exemplo na sua hora do almoço e à noite, quando os dois já estiverem livres. Reserve estes períodos exclusivamente para a sua namorada – nada de falar com ela enquanto faz a lição de casa ou compartilha a sala com seus amigos. Claramente, isso não quer dizer que vocês não podem trocar mensagens ou deixar de responder a pessoa fora do horário marcado; só é essencial que vocês não se tornem dependentes dos aplicativos e da “presença virtual” um do outro o tempo inteirinho, a ponto de atrapalhar o seu desempenho nos estudos e de prejudicar a sua experiência no exterior. 4. Conversa com vídeo Quando for a hora marcada de conversar, façam questão de utilizar apps que permitam o chat por vídeo! A conversa por escrito abre uma ampla margem para o mal-entendido e a má interpretação. O vídeo possibilita ver as reações faciais e ouvir a entonação da pessoa. Sem contar que é uma delícia ver e ouvir a sua namorada. 5. Mantenham uma rotina A falta de comunicação pode ser tão prejudicial quanto o excesso. Uma vez estipulados os horários para conversar, mantenham a rotina. Conte sobre o seu dia e se mostre interessado sobre o dia dela, mesmo que não tenham feito nada de interessante. 6. Fidelidade e ciúmes Outra coisa que deve necessariamente ser bem esclarecida é a questão da fidelidade. Em um relacionamento à distância, o ciúme pode ser o maior causador de brigas e até mesmo de términos. Há quem consiga ter um relacionamento aberto. Se este for o caso de vocês, estipulem regras bem claras. Vocês estão permitidos a ficar com outras pessoas durante o tempo distante? O relacionamento consegue sobreviver a isso? Esclareçam este assunto antes de partir e atenham-se às suas regras. Se o relacionamento for exclusivo, é importante confiar na pessoa. Acusações, insegurança e possessividade serão como veneno e logo causarão turbulências no relacionamento. OUTRAS DICAS Troquem cartas! É muito romântico receber cartas e mostra que vocês dedicaram parte do seu dia para escrever à mão um para o outro. A espera pela resposta também é muito boa. Leve algo dela com você uma peça de roupa com o perfume dela, uma pelúcia, um travesseiro, etc. Presenteiem-se antes de partir! Uma ideia legal é fazer um álbum de foto ou um scrapbook do relacionamento. Tenha um porta-retrato com a foto dela no seu quarto. Façam planos para o futuro juntos. Planejem a sua volta. Crie uma conta em algum serviço de compartilhamento gratuito para que você possa fazer álbuns de fotos particulares. Assim, a sua namorada acompanha sua viagem, vê também os lugares quer você estiver conhecendo e não se sente tão excluída. Apresente os seus novos amigos à sua namorada por vídeo chat. Esta é outra forma de fazer com que ela se sinta incluída. Para quem fica se possível, planeje uma viagem para visitar o seu namorado!
Sehinggaperlu diawasi dan ditemani oleh sang kakak Eril. "Jadi inginnya tuh di sana bareng (adik), apalagi kan cewek ya masih takut gitu lah kalau sendirian di luar negeri," tambah Eril. Sebelumnya diberitakan, putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril), terseret arus Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis 26 Mei
- Arumi Bachsin rela meninggalkan dunia keartisan usai menikah dengan Emil Dardak. Kini ia pun menikmati kegiatannya menjadi seorang Ibu dan istri dari pejabat daerah. Emil Dardak, diketahui saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur sejak 13 Februari 2019. • Istri Marcell Darwin Bagikan Potret Maternity 9 Bulan, Beri Respon saat Dikomentari Terlalu Vulgar • Pemeran Tisna Mengundurkan Diri Tinggalkan Ojak dan Pur di Tukang Ojek Pengkolan, Begini Rating TOP Karier Emil Dardak di politik terbilang moncer sejak menikahi Arumi Bachsin. Arumi Bachsin dan Emil Dardak Sebelum jadi Wagub, Emil pernah menjabat sebagai Bupati Trenggalek sejak 17 Februari 2016 hingga 12 Februari 2019. Emil sendiri bukanlah pria yang berasal dari keluarga sembarangan. Emil merupakan cucu H. Mochamad Dardak, salah satu kyai Nahdlatul Ulama. Ayahnya adalah Hermanto Dardak, Wakil Menteri Pekerjaan Umum periode tahun 2010-2014. Sementara ibunya bernama Sri Widayati. Dari sang ibu mengalir darah Letjen Anumerta Wiloejo Poespojudo, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional pertama di era Presiden Soekarno. BACA SELENGKAPNYA ======>>>>>
. 249 287 152 376 223 333 22 441
mendampingi suami kuliah di luar negeri